Minggu, 16 Oktober 2011

PERANAN KELUARGA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BAB III


BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN

A.      LATAR BELAKANG OBYEK PENELITIAN
1.         Sejarah adanya Desa Buduan
Berdirinya suatu daerah, pasti memiliki akar sejarah yang amat panjang. Sehingga dengan adanya kronologis sejarah yang dilakukan oleh para pendahulunya maka lahirlah suatu daerah, dengan nama yang disesuaikan dengan peristiwa yang terjadi pada waktu itu.
Begitupun dengan adanya Desa Buduan yang terletak di sebelah barat Kabupaten Situbondo ini. Desa ini bukanlah suatu daerah sulapan yang langsung jadi. Tapi berdirinya desa ini merupakan hasil perjuangan dari pergulatan sejarah yang amat panjang dan melelahkan yang dilakukan oleh para pendahulunya. Sehingga dengan adanya ikhtiar dan perjuangan yang amat melelahkan itu lahirlah desa Buduan. Secara kronologis terjadinya desa ini berawal ketika terjadi peristiwa pembabatan hutan disebuah daerah yang dipimpin oleh seorang patih yang bernama patih Suryo Nenggolo. Pembabatan itu dimulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Pembabatan tersebut dilakukan untuk dijadikan pemukiman penduduk. Patih Suryo Nenggolo beserta pengikutnya atau pasukannya melakukan pembabatan sampai dini hari. Di mana patih dan pasukannya sesampainya didataran tinggi bertepatan dengan waktu subuh. Dan pada waktu itu ketika patih dan pasukannya hendak melaksanakan sholat subuh, mereka tidak menemukan air untuk berwudhu’, maka patih dan pasukannya turun lagi kedataran rendah untuk berwudhu’. Sesampainya didataran rendah, patih dan pasukannya. menemukan  sebuah taman, maka patih dan pasukannya menuju taman tersebut untuk berwudhu’. Setelah berwudhu’ patih dan pasukannya kembali kedataran tinggi untuk melakukan sholat subuh. Dari peristiwa tersebut setiap melakukan wudhu’ patih dan pasukannya melakukan wudhu’ di tempat tersebut. Sehingga taman tersebut diberi nama “pawudhu’an" (dalam bahasa madura) sehingga sampai saat ini orang-orang menamakan Desa Buduan. (W/Sy/05/6/04)
2.         Kondisi Geografis Desa
a.        Luas Dan Batas Wilayah
1.    Luas Desa                   : + 381.000 ha
2.    Batas wilayah:
a)      Sebelah utara        : Pantai Selat Madura
b)      Sebelah selatan     : Desa Suboh
c)      Sebelah barat        : Desa Ketah
d)     Sebelah timur        : Desa Suboh
b.         Kondisi Geografis 
1.    Ketinggian tanah        : 3 Mdl
2.    Curah hujan                : 175 Mm
3.    Tofografi                    : Dataran rendah
4.    Suhu udara rata-rata   : 310 C
c.          Orbitasi
1.    Orbitasi desa kepusat pemerintahan kecamatan adalah 0,7 Km
2.    Orbitasi desa ke Ibu kota Kabupaten/kota Madya adalah 30 Km
3.          Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Buduan
Setiap wilayah pasti mempunyai susunan organisasi pemerintahan yang berguna untuk memperjelas hubungan antara pemimpin dengan peranangkat dan penduduk desa setempat.  Demikian halnya dengan Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo. Untuk lebih jelasnya tentang struktur pemerintahan dan peranangkat Desa Buduan ini dapat dilihat pada bagan berikut:









Susunan Organisasi Pemerintah
Desa Buduan Kecamatan Suboh 2004

















Keterangan:
: Garis Horizontal artinya kedudukannya sejajar
: Garis Vertikal artinya ada pemandunya
Sumber Data: Dokumentasi Desa
Adapun susunan personel peranangkat Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo Tahun 2004 adalah sebagai berikut:
No
NAMA
JENIS KELAMIN
JABATAN
1
2
3
4
5
6
7
8

9

10

11
Hadi Mulyono
Ali Wafa, S.Ag
Suyitno
Bambang
Misdar
Nihar
Istuningsih
Saniman

Harip

Sahwi

Abdul Mukti
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki
Kepala Desa
Sekretaris Desa
Kaur Pemerintahan
Kaur Pembangunan
Kaur Kesra
Kaur Keuangan
Kaur Umum
Kepala Dusun Widuri
Kepala Dusun Krajan
Kepala Dusun Buduan
Kepala Dusun Asemkandang
Sumber Data: Dokumentasi Desa Buduan
4.         Kondisi Masyarakat Desa Buduan
Dalam meneliti tentang masyarakat Desa Buduan, maka ada beberapa hal yang menjadi objek penelitiannya antara lain:
a.        Jumlah Penduduk Desa Buduan
Sesuai dengan data yang diperoleh dari monografi desa, maka jumlah penduduk dapat ditinjau dari beberapa hal, yaitu:
1.    Jumlah Penduduk Menurut:
a.    Jenis kelamin:
1)      Laki-laki        : 233 Orang
2)      Perempuan     : 2388 Orang
Jumlah             : 4721 Orang
b.    Kepala Keluarg     : 1572 KK
2.    Jumlah penduduk menurut Agama
a.    Islam          : 4683 Orang
b.    Kristen       : 27 Orang
c.    Katholik     : 6 Orang
d.   Hindu         : 2 Orang
e.    Budha        : 3 Orang
Jumlah        : 7394 Orang
3.     Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
a.         Lulus Pendidikan Umum
1.    TK         : 323 Orang
2.    SD         : 1732 Orang
3.    SLTP     : 539 Orang
4.    SLTA    : 438 Orang
5.    D-1        : 21 Orang
6.    D-2        : 28 Orang
7.    D-3        : 16 Orang
8.    S-1         : 34 Orang
9.    S-2         : 1 Orang
b.         Lulusan Pendidikan Khusus
1.    Madrasah                        : 489 Orang
2.    Pendidikan keagamaan   : 952 Orang
4.    Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
a.    Karyawan:
1.    Pegawai negri sipil      : 200 Orang
2.    ABRI                          : 10 Orang
3.    Swasta                        : 224 Orang
b.     Wiraswasta/pedagang:-
c.    Tani                                 : 354 Orang
d.   Pertukangan                    :11 Orang
e.    Buruh tani                       : 1368 Orang
f.     Nelayan                           : 56 Orang
b.         Sarana Peribadatan
1.    Jumlah masjid          : 5 buah
2.    Jumlah mushollah     :28 buah
3.    Jumlah gereja           :-
4.    Jumlah Pura              :-
5.    Jumlah Wihara         :-

c.          Sarana Pendidikan
1.    TK                          : 3 buah
2.    SD                          : 3 buah
3.    TPA                       : 1 buah
4.    SLTP                      : 1 buah
5.    SLTA                     : 1 buah
d.        Organisasi
1.    Organisasi perempuan     : 3 (PKK Desa, Dibaan, Muslimatan)
2.    Organisasi pemuda          : 3 (IPMP, Karang taruna, IPNU)
3.    Organisasi profesi/petani :1 (HIPPA)
4.    Organisasi Bapak            : 3 (Hadrah, Kifayah, khotmil qur’an)
5.    Organisasi LKMD           : 1 (LPM)
B.       PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
Setiap penelitian haruslah disertai dengan penyajian data sebagai penguat. Sebab data inilah yang akan dianalisa sesuai dengan analisa data yang digunakan. Sehingga dari data yang dianalisa tersebut dapat dihasilkan suatu kesimpulan.
Sesuai dengan metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini, maka akan disajikan dua macam pengumpulan data yaitu data hasil observasi dan data hasil interview. Data hasil observasi yang merupakan data pokok yang akan diperkuat dengan data hasil interview.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti untuk mengetahui perananan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo, dapat di laporkan bahwa perananan keluarga dalam hal tersebut memang besar. Perananan tersebut nampak dengan adanya perhatian kepala keluarga dalam mengarahkan, membimbing, dan mendidik anak-anaknya secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan sehari-hari, terutama dalam melaksanakan praktek-pratek keagamaan. (Ob/Bd/27/5/04)
Keluarga muslim di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo dapat dikatakan bahwa memiliki pengetahuan agama Islam yang cukup signifikan. Begitupun perhatian mereka terhadap pendidikan anak-anaknya. Hal itu bisa diketahui dengan adanya kemampuan anak-anak dalam memahami ajaran Islam, serta kegiatan praktek-praktek ibadah yang cukup marak di musholla-musholla ataupun masjid-masjid yang ada di sana. (Ob/ Msj/27/5/04)
Meskipun demikian memang tidak dapat dipungkiri, bahwa banyak dari pihak keluarga yang menyerahkan pendidikan agama anak-anaknya kepada guru ngaji  ataupun lembaga-lembaga lain yang dianggap representatif. Hal demikian dilakukan karena keterbatasan pengetahuan orang tua terhadap ajaran Islam sendiri. Di samping itu juga di sebabkan oleh kesibukan orang tua dalam mencari nafkah sehari-hari, misalnya mereka yang mempunyai profesi sebagai pedagang dan petani. Mereka tidak dapat mendidik anak-anaknya secara optimal, karena waktu yang ada telah disita oleh kesibukannya. Namun demikian mereka masih memiliki kesadaran yang besar akan tanggung jawab mereka sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Sehingga dengan usaha apapun mereka tetap berusaha agar anaknya mampu memiliki ilmu pengetahuan yang cukup khususnya pengetahuan agama. Meskipun dengan cara mengarahkan mereka pada guru-guru ngaji yang ada. Namun meskipun begitu mereka tidak serta merta melepaskan tanggung jawabnya secara totalitas, sebagai bukti mereka masih mengontrol dan memberikan motivasi pada anak-anaknya.
Setelah data hasil observasi mengenai perananan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo sebagaimana terungkap di atas, maka peneliti berusaha menggali data yang dapat mendukung hasil observasi tersebut melalui interview. Ternyata hasil dari interview memang dapat memperkuat data hasil observasi. Bahkan menurut guru ngaji yang telah di wawancarai berpendapat bahwa tanpa adanya perananan keluarga dalam memotivasi anak dalam belajar dan melaksanakan kegiatan keagamaan, maka usaha para guru ngaji dalam mendidik anak-anak akan mengalami kesulitan. Karena  bagaimanapun juga keluargalah yang sering memperhatiakan aktivitas anak-anaknya sehari-hari.
Perananan keluarga dalam menanamkan niali-nilaipendidikan agama Islam pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo, dapat dilihat secara rinci melalui tiga ajaran pokok yaitu: ibadah, akidah, dan akhlak.
1.         Perananan Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-nilai Akidah Pada Anak
Secara teoritis dinyatakan bahwa perananan keluarga dalam mendidik anak agar mempunyai akidah yang kuat itu sangat menentukan. Karena akidah yang sudah ditanamkan mulai sejak dini akan lebih memperkuat keyakinan anak terhadap adanya Tuhan. Bahkan persaksian kepada Allah maupun kepada Rasulnya (syahadatain) harus ditanamkan ketika anak baru lahir. Dalam perkembangan selanjutnya anak harus di beri pelajaran keimanan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Di antara nilai-nilai akidah yang harus ditanamkan antara lain:
a.    Perananan Orang Tua Dalam Mengajarkan Kalimat Tauhid Pada Allah.
Kesaksian pada Allah maupun Rasullanya (syahadatain) harus ditanamkan ketika anak baru lahir. Dalam perkembangan selanjutnya anak harus diberi pelajaran sesuai dengan perkembangan jiwanya. 
Teori di atas jika di bandingkan dengan kenyataan  yang ada di Desa Buduan  Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo ada kesamaan. Sebab secara keseluruhan dari kepala keluarga yang di wawancarai menyatakan telah mengadzani dan mengiqomati anaknya pada saat baru lahir. Selanjutnya mereka menimang-nimang dengan lantunan dzikir dan sholawat Nabi. Dengan tujuan agar anaknya sudah mengenal Allah mulai sejak dini. (W/Ab/29/5/04)


b.    Perananan Keluarga Dalam Menanamkan Kecintaan Pada Allah Dan Rasulnya 
 Menurut Bapak Hadi Mulyono mengatakan bahwa setelah anak mengenal bahasa (dapat bicara) para orang tua juga  mulai mengenalkan kekuasaan Allah, para malaikat, kitab-kitab, para utusan Allah, serta makhluk lain melalui berbagai cerita. Demikian dilakukan agar anak mulai sejak dini sudah terbiasa untuk selalu mencintai Allah dan Rasulnya. Hal ini bisa diketahui, karena diantara beberapa kepala keluarga yang telah di wawancarai mengaku melakukan hal tersebut. Yang demikian itu menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga sudah menanamkan nilai-nilai akidah pada anaknya mulai sejak dini. (W/HM/02/6/04). Bahkan menurut salah seorang keluarga, yaitu Bapak  Abd. Basid menyatakan bahwa seringkali justru anak yang banyak nanya mengenai keimanan terutama tentang kekuasaan Allah. (W/AB/29/5/04) 
Sementara itu menurut Bapak Suyitno para orang tua dalam menanamkan nilai akidah pada anak biasanya melalui berbagai nasehat dan cerita, karena metode ini lebih menarik bagi anak-anak. Namun ada juga keluarga yang tidak mampu memberikan nasehat dan cerita- cerita yang menarik. Hal itu di sebabkan karena keterbatasan pengetahuan yang di miliki oleh orang tua sendiri. (W/Sy/05/6/04)
Hal ini di perkuat oleh pendapat seorang ulama, Bapak H. Abd. Aziz Muslim mengatakan bahwa hal yang demikian itu mungkin saja terjadi, terutama pada keluarga yang terbatas pengetahuan agamanya. Sebab dalam komunitas yang ada di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo bahwa pengetahuan orang tua sangat variatif, ada yang pengetahuan agamanya mendalam, ada yang sedang, bahkan ada juga yang dangkal. Bagi mereka yang pengetahuan agamanya tidak mendukung, maka tidak akan mungkin secara pribadi bercerita tentang pendidikan akidah tersebut. Namun demikian mereka tidak lantas lepas tanggung jawab secara totalitas, tetapi mereka akan tetap mengarahkan anak-anak mereka untuk menimba pendidikan agama pada orang lain yang lebih mampu, misalnya pada guru-guru ngaji. Atau kemungkinan juga orang tua tidak memberikan nasehat dan cerita yang baik mngenai pendidikan akidah pada anak-anaknya, disebabkan oleh kesibukan mereka sehari-hari dalam mencari nafkah. (W/AZ/07/6/04)
Namun mengenai keberhasilan dari pihak orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam khususnya yang berkaitan dengan akidah anak menurut Bapak Abdus Syukur itu tergantung pada pihak lingkungan sendiri. Kalau orang tua bisa menciptakan lingkungan keluarga menjadi lingkungan yang agamis, maka secara otomatis anak akan memiliki motivasi yang kuat untuk menjalankan nilai-nilai agama. Namun sebaliknya, kalau orang tua tidak mampu menciptakan lingkungan keluarga menjadi lingkungan yang agamis, maka secara otomatis anak akan terpengaruh juga, misalnya pihak orang tua apriori untuk menjalankan nilai-nilai agama. (W/AS/10/6/04)
2.         Perananan Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Ibadah Pada Anak
Seiring dengan ditanamkannya nilai-nilai akidah pada anak, maka seiring itu pula pelaksanaan penanaman nilai-nilai ibadah harus juga di berikan, karena pada dasarnya nilai ibadah merupakan realisasi dari pada akidah itu sendiri. Pada awalnya kegiatan ibadah yang paling menarik bagi anak adalah yang mengandung gerak bukan sesuatu yang bersifat abstrak seperti ibadah sholat, puasa dan lain-lain. Sehingga jika anak diajak untuk sholat berjemaah akan menirukan gerakan dalam sholat tersebut. Demikian pula apabila anak biasa diajak melakukan puasa bersama, makan sahur dan sholat tarawih bersama, maka hal tersebut akan memberikan kesan tersendiri bagi anak. Sehingga untuk masa-masa selanjutnya anak akan senang untuk mengerjakannya meskipun pada mulanya tidak begitu optimal, bahkan anak yang sering melihat orang tuanya berzakat atau bersedekah pada fakir miskin, maka hal itu akan membuat anak termotivasi untuk selalu menolong orang lain yang memerlukan. Apa yang dilihat dan ditirukan anak mulai sejak kecil ini seperti di atas akan membawa dampak yang yang besar untuk kehidupan selanjutnya. Di antara perananan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai ibadah pada anak antara lain, mengajarkan Alqur’an, mengajarkan shalat, puasa, zakat, dan haji
Teori di atas juga dilaksanakan oleh masyarakat Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo, menurut kepala keluarga yang sempat diwawancarai misalnya Bapak H. Ibrahim sudah mengajarkan pada anaknya tentang hal-hal yang berkenaan dengan ibadah. (W/Ib/08/6/04)
a.    Mengajarkan Al-qur’an
Masyarakat Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo sangat memperhatikan pengajaran Al-qur’an pada anak-anaknya. hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak H. Abd Rahim bahwa sejak anak sudah menginjak usia 4 tahun para orang tua sudah mulai mengajarkan pada anaknya tentang Al-qur’an secara bertahap yakni dimulai dari pengenalan huruf demi huruf sampai pada taraf tatacara baca yang baik. Bahkan apabila orang tua tidak mampu mengajarkan sendiri karena pengetahuannya yang minim biasanya orang tua secara telaten mengantarkan anak-anaknya pada guru ngaji. (W/AR/08/6/04)
b.    Mengajarka Sholat                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                
Menurut Bapak Abd. Aziz Muslim mengatakan bahwa mayoritas mereka sudah mulai melatih anak-anaknya untuk melakukan sholat berjemaah baik dirumah, mushollah-mushollah, maupun masjid-masjid yang ada. Mayoritas di antara mereka juga mengajak anak-anaknya untuk melakukan sholat tarawih dan sholat hari raya, hanya saja ada beberapa keluarga yang mengakui tidak mengajak anak-anaknya untuk melakukan sholat berjemaah lima waktu terutama waktu dhuhur dan ashar. Sebab pada waktu tersebut orang tua laki-laki biasanya sering tidak ada dirumah, maka untuk mengontrol ibadah anak-anaknya dilakukan oleh seorang ibu. Bahkan ada sebagian di antara mereka yang tidak segan-segan memberikan hukuman apabila anak mereka yang sudah berumur sembilan tahun melalaikan ibadah tersebut. (W/AZ/09/6/04)
c.     Mengajarkan Puasa
Para keluarga yang diwawancarai misalnya Bapak Surakyat juga mengatakan tidak lupa melatih anak-anaknya untuk melakukan puasa di bulan Romadhan. Hal itu dilakukan manakala anaknya memasuki jenjang sekolah dasar. Namun metode atau cara penerapannya berbeda-beda, sebagian dari mereka ada yang melatih anak-anaknya untuk puasa setengah hari kemudian tiga perempat hari sampai mampu melaksanakan puasa sehari penuh. Latihan yang dilakukan secara gradual ini dilakukan mengingat kondisi usia anak yang masih dalam tahap latihan. (W/Sr/09/6/04) 
d.   Mengajarkan Zakat
Pengajaran zakat juga tidak pernah dinafikan oleh orang tua. Menurut Ibu Hj. Nur Aini bahwa pengajaran zakat oleh orang tua terhadap anak biasanya dimulai secara teoritis akan pentingnya mengeluarkan zakat. Selanjutnya pihak orang tua selalu membiasakan pada anak-anaknya untuk selalu bersedekah dan memberikan bantuan pada orang lain. Hal ini dilakukan agar anak mempunyai kepribadian untuk selalu menyantuni orang-orang yang lemah. (W/NA/10/6/04)
e.    Mengajarkan Haji
Pengajaran ibadah haji terhadap anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo juga diajarkan pada anak. Mereka mengajarkan tentang kewajiban melaksanakan ibadah haji bagi orang-orang yang mampu. Namun menurut Bukhori ibadah haji diajarkan pada anak oleh orang tua meskipun tidak terlalu maksimal, minimal anak mengetahui tentang kewajiban ibadah haji bagi orang-orang yang mampu. (W/Bh/10/6/04)          
Di samping orang tua memberikan pengertian dasar dan melatih anak-anaknya agar mau beribadah secara kontinu, menurut Bapak H. Abd. Aziz Muslim selaku ulama’ Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo mengatakan, sebenarnya cara lain yang lebih efektif dan lebih membekas pada jiwa anak adalah dengan ketauladanan dari orang tua sendiri. Kalau orang tua sudah melakukan ibadah secara rutin dan baik, maka anak yang menyaksikannya akan menirukan pula. Begitu pula sebaliknya, kalau orang tua dalam menjalani ibadah sudah tidak sungguh-sungguh atau bahkan sama sekali tidak melakukannya, maka otomatis anak akan menirukan hal-hal yang dilakukan oleh pihak orang tua. (W/AZ/10/6/04)
Dari pendapat Bapak H. Abd. Aziz Muslim tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Surakyat beliau mengatakan bahwa dalam mendidik anak agar mau beribadah secara rutin, maka paling tidak diperlukan ketauladanan orang tua. (W/Sr/12/6/04)
Mengenai perlu tidaknya hukuman diberikan pada anak Bapak Ali Wafa, S. Ag Berkomentar bahwa hal itu juga diperlukan dalam rangka untuk menunjukkan ketegasan orang tua terhadap anak-anaknya. Namun hukuman yang diberikan itu bukanlah hukuman yang semata-mata hanya pelampiasan kekesalan orang tua, tapi didasarkan atas besarnya kasih sayang pada anak, sehingga hukuman yang diberikan itu adalah hukuman yang mendidik bukan hukuman yang mencelakakan. (W/Af/18/6/04)
3.         Perananan Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-nilai Akhlak Pada Anak
Secara teoritis telah dinyatakan bahwa, penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari bagi keluarga, terutama orang tua selaku pendidik bagi anak-anaknya sangatlah penting. Segala bentuk perbuatan baik penampilan, perkataan dan sebagainya yang didengar, dilihat, dan diperhatikan oleh anak akan ditiru dan dilakukan anak. Sebab pada dasarnya sebelum anak dewasa, maka ia selalu bersifat imitatif dan identifikatif terhadap apa yang dilakukan oleh orang tua. Maka dari itu dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh akidah Islamiyah anak, orang tua harus melengkapi pendidikan anak dengan akhlak yang memadai. Sehingga di kemudian hari kesalehan anak-anak betul-betul dapat diharapkan, karena selain harus pandai berhubungan dengan sang pencipta, kesalehan anak harus pula dilengkapi dengan akhlakul karimah yang berhubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya.
Dari ketiga komponen akhlak tersebut seharusnya diajarkan dan dibiasakan pada kehidupan anak sehari-hari agar mereka dapat terbiasa berlaku baik dalam hidupnya.
Di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo, pendidikan akhlak adalah salah satu pendidikan yang mendapat perhatian penuh dari para keluarga. Sebab dari  kepala keluarga yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka senantiasa memperhatikan akhlak anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Dan dalam mendidik anak agar mempunyai akhlak yang baik, para orang tua selalu berusaha seoptimal mungkin untuk mendidik, melatih dan membimbing anak-anaknya agar bertingkah laku yang baik. mereka selau memonitor anak dalam setiap pergaulannya sehari-hari agar tidak menyimpang dari norma-norma agama dan adat istiadat yang ada di sana.
a.    Perananan Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai-nilai Ahklak Pada Allah
Di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo menurut Bapak H. Ali mengatakan bahwa para orang tua selalu mengajarkan dan melatih anak-anaknya untuk selalu beribadah dengan tekun kepada Allah. Karena pada dasarnya berakhlak kepada Allah adalah selalu melakukan perintahnya dan selalu menjauhi larangannya. Orang tua juga selalu menasehati agar tidak melalaikan perintah yang datang dari Allah. Karena sifat lalai terhadap perintah Allah merupakan cerminan berakhlak yang buruk pada Allah. (W/Al/20/6/04)
b.    Perananan Orang Dalam Menanamkan Nilai-nilai Akhlak Pada Sesama
Dalam kesehariannya, menurut Bapak Wahyudi anak selalu diarahkan pada hal-hal yang baik, baik dalam tingkah lakunya maupun perbuatannya. Misalnya orang tua selalu melatih anak-anaknya agar selalu bergaul dengan baik, tidak bertengkar dan tidak saling memaki ataupun semua bentuk perbuatan atau perkataan yang tidak sesuai dengan norma agama serta norma adat yang ada. Semua itu dinasehatkan pada anak agar tidak melanggarnya. Karena kalau sampai anak melanggar itu semua, maka orang tualah yang pertama kali dikecam oleh masyarakat sekitarnya. Jadi supaya hal itu tidak terjadi, maka orang tua harus ekstra hati-hati dalam mengontrol dan melatih anak. (W/Wy/23/6/04)
c.    Pearanan Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai-nilai Akhlak Pada Lingkungan
Berakhlak terhadap lingkungan alam di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo juga mendapat perhatian yang penuh dari pihak orang tua. Penanaman akhlak terhadap lingkungan biasanya dilakukan oleh orang tua dengan cara mengajak dan menasehati anak-anak mereka untuk selalu menyayangi binatang, memelihara tumbuh-tumbuhan, serta melestarikannya. Misalnya setiap hari libur para orang tua mengajak anak-anaknya untuk menanam tumbuh-tumbuhan disekitar rumahnya dan menyiraminya setiap hari. Dan biasanya orang tua juga mewanti-wanti pada anak-anak mereka untuk memetik buah atau bunga secara sembarangan. Selanjutnya menurut beliau, untuk membentuk kepribadian anak supaya memiliki akhlak yang baik itu sebaiknya harus dimulai dari pembentukan kepribadian orang tua dulu. Artinya orang tua dalam hal ini harus bisa menjadi tauladan yang baik bagi anak-anaknya, baik dalam bertingkah laku maupun dalam setiap perkataannya. Kalau orang tua sudah mampu menjadi tauladan bagi anak-anaknya, maka kami yakin secara tidak langsung akhlak anak akan terbentuk dengan sendirinya.
 Selanjutnya beliau mengatakan bahwa masyarakat Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo betul-betul memprioritaskan adanya pendidikan akhlak ini, sebab secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh juga pada prestise orang tua selaku orang yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku anak-anaknya. bahkan mereka tidak segan-segan memberikan hukuman bagi anaknya apabila mereka melanggar norma yang ada. Ini adalah merupakan salah satu bukti keperdulian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya supaya mempunyai peranangai yang baik. (W/SW/25/6/04)

C.      DISKUSI DAN INTERPRETASI HASIL ANALISA DATA
Berdasarkan hasil interview yang dilakukan untuk memperkuat validitas data hasil observasi, maka dalam diskusi dan interpretasi hasil analisa data, berikut ini akan difokuskan pada perananan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo.
Oleh karena itu dalam masalah tersebut diarahkan pada tiga hal yaitu: bagaimana perananan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai akidah pada anak, bagaimana perananan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai ibadah pada anak, dan bagaimana perananan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak.
1.         Perananan Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-nilai Akidah Pada Anak
Di dalam melakukan diskusi dan interpretasi hasil analisa data mengenai perananan keluarga dalam menanamkan pendidikan akidah pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo, akan difokuskan pada bagaimana perananan keluarga dalam mendidik anaknya agar memiliki iman yang teguh. Sebab di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo, menurut hasil analisa data menunjukkan bahwa pendidikan akidah pada anak mendapat perhatian yang besar dari para keluarga yang ada di sana. Itu semua dilakukan karena tiap-tiap orang tua menginginkan agar anak-anaknya mempunyai iman yang kuat.
a.    Mengajarkan Kalimat Tauhid
Di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo   masalah akidah atau keimanan anak senantiasa diutamakan, hal ini terbukti dengan usaha orang tua untuk mengadzani tiap-tiap anak yang lahir. Selanjutnya pada fase-fase berikutnya anak di latih dan dididik, baik melalui cerita-cerita maupun melalui nasehat-nasehat tentang adanya Allah, malaikat-malaikat, para nabi, kitab-kitab Allah, maupun tentang adanya hari kiamat. (W/AB/29/5/04)
Dari analisa data di atas, jika dibandingkan dengan teori yang ada ternyata ada kemiripan. Sebab secara teori dinyatakan bahwa perananan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai akidah bagi kehidupan anak sangatlah urgen. Karena dengan akidah akidah itulah, keimanan seseorang akan nampak. Dalam hal ini fungsi dan perananan orang tua sangatlah menentukan terhadap bentuk dan arah keyakinan anak-anak mereka kedepan.
Oleh karena itu dasar akidah harus terus menerus ditanamkan agar nantinya pertumbuhan dan perkembangan anak selalu dilandasi dengan akidah yang benar.
Dari kedua data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa  penanaman akidah atau keimanan pada anak seharusnya dimulai semenjak anak lahir. Sebab pada masa ini anak masih dalam keadaan suci yang belum ternodai oleh sesuatu apapun. 
b.    Menanamkan Kecintaan Pada Allah Dan Rasulnya
Setelah anak mengenal bahasa (dapat bicara) para orang tua di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo juga mulai mengenalkan kekuasaan Allah, para malaikat, kitab-kitab, para utusan Allah, serta makhluk lain melalui berbagai cerita. Demikian dilakukan agar anak mulai sejak dini sudah terbiasa untuk selalu mencintai Allah dan Rasulnya. Hal ini bisa diketahui, karena di antara beberapa kepala keluarga yang telah diwawancarai mengaku melakukan hal tersebut. Yang demikian itu menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga sudah menanamkan nilai-nilai akidah pada anaknya mulai sejak dini. (W/HM/02/6/04).
Data di atas jika dengan teori yang ada ternyata ada kemiripan. Sebab secara teori dinyatakan bahwa penanaman rasa cinta pada Allah dan rasulnya mulai sejaki dini amatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar mereka nantinya dapat mengenal dengan baik siapa Tuhan dan Nabinya. Setelah anak mulai mengenal siapa Tuhan dan Nabinya, kemudian orang tua hendaknya bisa melatih anak-anaknya supaya selalu taat pada perintah Allah da rasulnya atau dengan kata lain selalu menjalankan ibadah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecintaan pada Allah dan Rasulnya dapat diidentikkan dengan selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.    
Dari kedua data tersebut di atas dapat diinterpretasikan  bahwa perananan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai akidah pada anak sangatlah berarti karena tanpa perananan aktif orang tua dalam memberikan ataupun menanamkan nilai-nilai akidah pada anak sejak dini, maka ketika dewasa kelak akidah anak dapat diragukan, karena bagaimanapun juga usia dini adalah merupakan momentum yang tepat bagi orang tua untuk menanamkan basic keagamaan pada anak agar anak betul-betul mencintai Allah dan Rasulnya secara optimal.
2.         Perananan Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai-nilai Ibadah Pada Anak
Sesuai dengan hasil analisa data yang diperoleh menunjukkan bahwa keluarga yang ada di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo sangat berperanan dalam menanamkan nilai-nilai ibadah pada anak. di antara perananan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai ibadah antara lain:
a.    Mengajarkan Al-qur’an
Kesadaran orang tua untuk mengajarkan Al-qur’an pada anaknya di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan keseriusan orang tua untuk mengajarkan Al-qur’an pada anaknya. Bahkan menurut bapak Abd. Rahim meskipun orang tua memiliki pengetahuan yang minim tentang cara membaca Al-qur’an mereka masih menyerahkan anak-anaknya untuk belajar pada guru-guru ngaji yang ada. Sementara bagi mereka yang mampu dan mempunyai basic tentang agama, biasanya para orang tua mengajarkan sendiri tentang Al-qur’an, di samping juga diarahkan pada mushollah-mushollah. (W/AR/8/6/04)
Dari analisa data di atas kalau kita komparasikan dengan teori yang ada ternyata ada kesamaan. Di mana secara teori dinyatakan bahwa mengajarkan Al-Qur’an pada diri anak mulai sejak dini memang sangat dianjurkan. Karena Al-Qur’an sendiri merupakan kitab Allah yang berfungsi sebagai pedoman bagi kehidupan umat manusia. Oleh karena itu betapa Al-Qur’an sangatlah penting untuk diajarkan pada anak-anak supaya dalam kehidupannya mereka mempunyai pedoman.   
Dari sini dapat diinterpretasikan bahwa kemampuan anak dalam memahami Al-Qur’an tidak terlepas dari perananan orang tua dalam memberikan arahan dan bimbingan secara intensif. Walaupun orang tua tidak mampu, maka orang tua juga harus berusaha memasukkan anak-anaknya pada lembaga-lembaga pengajian seperti mushollah-mushollah dan lain-lain.
b.    Mengajarkan Sholat
Masyarakat Desa Buduan juga memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk melatih anak-anaknya dalam hal sholat. Hal ini sebagaimana pendapatnya Bapak Abd. Aziz bahwa pihak orang tua selalu mengajak anak-anaknya untuk melakukan sholat berjemaah baik di rumah, di mushollah-musholah, maupun di masjid-masjid. Atau setelah bulan ramadhan datang mereka selalu mengajak anak-anaknya untuk melakukan sholat tarawih bersama. (W/AZ/9/6/04)
Dari analisa data lapangan di atas jika dikomparasikan dengan  teori ternyata ada kemiripan. Sebab secara teori dinyatakan bahwa sholat merupakan indikasi tegak atau tidakanya seseorang dalam beragama. Di samping itu sholat merupakan ibadah yang paling pokok ynag dapat memperjelas identitas muslim atau tidaknya seseorang. Oleh karena itu, karena sholat merupakan sesuatu yang fundamental, maka sejak usia dini anak diperkenalkan dan dilatih untuk selalu mengarjakan sholat.   
Pembiasaan-pembiasaan mulai sejak dini pada diri anak seperti yang dilakukan oleh para orang tua di Desa Buduan ini, akan melahirkan dampak yang sangat positif bagi anak setelah ia dewasa kelak.
Dalam hal ini dapat diinterpretasikan bahwa, supaya anak terbiasa dalam melakukan ibadah sholat sehari-hari, maka orang tua selaku pembimbing bagi anak-anaknya harus bisa melatih anak-anak mulai sejak dini untuk melakukan ibadah sholat. Sebab tanpa adanya latihan dan bimbingan dari pihak orang tua mulai sejak dini, maka anak akan cenderung bersikap apatis untuk mengerjakan ibadah sholat setelah ia dewasa kelak.


c.    Mengajarkan Puasa
Di samping mengajarkan sholat pihak orang tua di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo juga tidak lupa mengajarkan ibadah puasa pada anak-anaknya. Pelajaran dan latihan tentang puasa ini dilakukan oleh para orang tua manakala anaknya memasuki jenjang sekolah dasar. Mereka melatih anaknya secara bertahap mulai dari puasa setengah hari hingga sampai penuh. (W/SR/9/6/04)
Data lapangan sebagaimana yang disebutkab di atas jika dikaitkan dengan teori yang ada ternyata ada kesamaan. Sebab secara teori dinyatakan bahwa puasa dapat mendidik manusia supaya berjiwa besar, sanggup mengatasi segala macam kesulitan dan cobaan hidup serta dapat menumbuhkan sifat sabar pada diri manusia. Karena puasa di sini merupakan perintah yang sangat penting, maka seharusnya diajarkan pada diri anak mulai sejak dini, supaya anak terbiasa melakukannya pada bulan romadhan misalnya anak diajak ikut berpuasa dengan orang tuanya secara bertahap menurut fase pertumbuhan umurnya.   
Latihan orang tua mulai sejak dini pada diri anak di Desa Buduan ini akan memberikan kesan tersendiri bagi anaknya setelah ia besar kelak. Sebab pembiasaan semenjak kecil seperti ini diteruskan setelah anak dewasa kelak.
Dari realitas di atas dapat diinterpretasikan bahwa orang tua juga harus bisa melatih anak-anaknya untuk melakukan ibadah puasa mulai anak menginjak usia sekolah dasar. Dan latihan-latihan seperti ini harus dilakukan secara gradual menurut fase pertumbuhan dan perkembangan usia anak.
d.   Mengajarkan Zakat
Pengajaran ibadah zakat bagi anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo juga diberikan mulai sejak dini pada diri anak. Supaya pengajaran zakat dapat melekat dengan baik pada diri anak, maka biasanya pihak orang tua selalu membiasakan pada diri anak untuk selalu menyantuni dan mengasihani fakir miskin dengan jalan bersedekah. Dengan demikian anak dengan sendirinya anak akan selalu tergugah untuk mengelurakan zakat setelah ia dewasa kelak. (W/NA/9/6/04)
Analisa data lapangan di atas, jika dibandingkan dengan teori yang ada ternyata ada kesamaan. Yang mana secara teori dinyatakan bahwa zakat merupakan perjuangan Islam yang selalu berorientasi pada kepentingan kaum dhuafa’. Karena zakat sendiri mengandung unsur sosial yang tinggi di samping perintah Allah, maka sudah selakyaknya zakat diajarkan pada diri anak agar dapat mendidik jiwa mereka untuk selalu melakukan pengorbanan dan mempunyai rasa sosial yang tinggi terhadap orang yang tidak mampu. 
Dalam hal ini dapat diinterpretasikan bahwa zakat sebagai manefestasi rasa sosial dan kemanusiaan yang tinggi harus pula ditanamkan pada diri anak dengan cara membentuk kebiasaan-kebiasaan bersedekah pada orang lain.sebab pembiasaan seperti ini akan sangat membekas pada diri anak setelah ia dewasa kelak. 
e.    Mengajarkan Haji
Seperti halnya zakat, ibadah haji juga diajarkan pada anak oleh masyarakat Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo meskipun pengajarannya tidaklah begitu maksimal dan hanya bersifat teoritis saja. Namun setidaknya mereka sudah berusaha mengajarkan kesadaran pada diri anak supaya nanti setelah ia diberi anugerah lebih oleh Tuhan mereka dapat menjalani ibadah haji ini. (W/Bh/10/6/04)
Dari nalisa data lapangan di atas jika dibandingkan dengan teori yang ada ternyata juga ada kesamaan. Sebab secara teori dinyatakan bahwa haji merupakan ibadah yang diwajibkan oleh Tuhan pada manusia yang sekiranya mampu. Karena haji sendiri merupakan ibadah yang disyariatkan oleh Tuhan maka hal itu penting sekali untuk diajarkan pada anak, minimal mereka tahu tentang kewajiban itu.
Dalam hal ini dapat diinterpretasikan, meskipun haji merupakan ibadah yang tidak semua orang mampu melakukannya, namun juga harus ditanamkan pada diri anak supaya anak juga tahu tentang kewajiban melaksanakan ibadah haji.
3.         Perananan Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-nilai Akhlak Pada Anak 
Di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo pendidikan akhlak juga mendapatkan perhatian yang cukup besar dari para keluarga. Sebab akhlak di sini sebagaimana disadari oleh para orang tua merupakan sesuatu yang amat penting bagi kehidupan manusia, karena tanpa tatanan akhlak yang baik maka kehidupan manusia akan hancur. Bentuk latihan dan arahan selalu dilakukan oleh para orang tua sebagai bentuk media transformasi nilai-nilai akhlak misalnya orang tua selalu melatih anak-anaknya untuk selalu berbicara dengan bahasa yang baik, menghormati orang lain serta mengajarkan bagaimana caranya berinteraksi dengan orang lain. Di antara nilai-nilai akhlak yang harus ditanamkan antara lain, akhlak terhadap Allah, terhadap sesama, dan terhadap lingkungannya.
a.    Akhlak Terhadap Allah
Orang tua di desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo juga mempunyai kesadaran yang cukup tinggi untuk mendidik anak-anaknya supaya mempunyai akhlak yang baik. Terutama bagaimana cara berakhlak terhadap Tuhannya. Cara orang tua menanamkan pada anaknya supaya berakhlak pada Allah dengan cara memberikan latihan-latihan pada anak supaya aktif melakukan ibadah. Karena dengan cara melakukan ibadah secara kontinu berarti seseorang telah berakhlak yang baik pada Allah. Hal seperti ini betul-betul dilakukan oleh orang tua supaya anaknya mempunyai kepribadian yang teguh. (W/Al/14/6/04)
Dari analisa data lapangan di atas jika dibandingkan teori yang ada ternyata ada kemiripan. Sebab secara teori dinyatakan bahwa berakhlak yang baik pada Allah yaitu berucap dan bertingkah laku yang terpuji pada Allah baik melalui ibadah maupun melalui prilaku tertentu yang mencerminkan hubungan dengan Allah. 
Dari pendapat di atas dapat diinterpretasikan bahwa berakhlak pada Allah adalah menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Berakhlak pada Allah setidaknya harus ditanamkan pada diri anak mulai sejak kecil dengan berbagai proses dan bimbingan dari orang tua.
b.    Akhlak Terhadap Sesama
Dalam kesehariannya anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo selalu diarahkan pada hal-hal yang baik, baik dalam tingkah lakunya maupun perbuatannya. Misalnya orang tua selalu melatih anak-anaknya agar selalu bergaul dengan baik, tidak bertengkar dan tidak saling memaki ataupun semua bentuk perbuatan atau perkataan yang tidak sesuai dengan norma agama serta norma adat yang ada. Semua itu dinasehatkan pada anak agar tidak melanggarnya. Karena kalau sampai anak melanggar itu semua, maka orang tualah yang pertama kali dikecam oleh masyarakat sekitarnya. Jadi supaya hal itu tidak terjadi, maka orang tua harus ekstra hati-hati dalam mengontrol dan melatih anak. (W/Wy/23/6/04)
Data lapangan di atas jika dibandingkan dengan teori yang ada ternyata ada kesamaan. Sebab secara teori dinyatakan bahwa dalam kehidupannya manusia memerlukan suatu tatanan yang dapat mengarahkan dirinya pada suatu kebaikan bersama. Suatu tatanan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tatacara berprilaku antara manusia yang satu dengan yang lain. Oleh karena pentingnya berakhlak terhadap sesama maka sudah semestinya pihak orang tua dapat melatih anak-anaknya supaya terbiasa berprilaku baik terhadap diri dan orang lain dalam kehidupannya.
Dalam hal ini dapat diinterpretasikan bahwa berakhlak terhadap sesama akan berhasil dengan baik apabila pihak orang tua dapat memberikan tauladan yang baik serta selalu melatih anak-anaknya dalam kesehariannya dengan baik untuk selalu berbuat baik dengan sesamanya. Sebab tanpa adanya tauladan dan usaha yang baik dari pihak orang tua maka, penanaman akhlak terhadap sesamanya tidak akan dapat berhasil dengan baik 
c.    Akhlak Terhadap Lingkungan
Seperti halnya dengan berakhlak pada Allah dan Rasulnya, berakhlak pada lingkungan juga mendapatkan perhatian yang besar dari pihak orang tua di Desa Suboh Kabupaten Situbondo pada anaknya. berakhlak terhadap lingkungan di sini biasanya dilakukan para orang tua dengan cara selalu mengajak anak-anak mereka untuk selalu menyayangi binatang, memelihara tumbuh-tumbuhan dan melestarikannya. (W/SW/25/6/04)
Dari analisa data di atas jika dibandingkan dengan teori yang ada ternyata ada kesamaan. Sebab secara teori dinyatakan bahwa seorang muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib disyukuri dengan cara mengelolanya dengan baik. Berakhlak pada lingkungan adalah menyikapinya dengan cara memelihara dan melestarikannya.  
Pembiasaan yang dilakukan oleh pihak orang tua semenjak dini akan lebih memberikan nuansa positif pada anak setelah ia dewasa kelak. Mereka tidak akan mengeksploitasi alam secara sembarangan, karena pada masa kecilnya mereka sudah dibiasakan untuk menyayangi dan mencintai lingkungannnya.
Dari pendapat di atas dapat diinterpretasikan bahwa penanaman akhlak terhadap lingkungan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya, seharusnya lebih bersifat aplikatif. Misalnya pihak orang tua selalu mengajak anaknya untuk menanam tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya.

BAB IV

 
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A.    KESIMPULAN
1.  Kesimpulan Umum
Peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh cukup besar. Hal ini bisa lihat dengan berbagai upaya-upaya yang dilakukan oleh orang tua baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis, meliputi peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai akidah, peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai ibadah, serta peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak.
2.  Kesimpulan Khusus
1. 
81
 
Pendidikan akidah pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo, sudah diupayakan oleh keluarga mulai anak lahir. Selanjutnya pendidikan akidah diberikan pada anak melalui nasehat- nasehat ataupun cerita-cerita menurut perkembangan fase usia anak. Sementara bagi keluarga yang kurang mampu dalam pengetahuan agamanya, maka pendidikan anak diserahkan pada guru ngaji. Peranan keluarga dalam hal ini tidak lain sebagai motivator bagi anak.
2.  Peranan keluarga dalam menanamkan niali-nilai- ibadah pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo amatlah besar. Peranan tersebut nampak pada usaha yang dilakuakan orang tua untuk selalu menanamkan nilai-nilai ibadah serta sekaligus melatih anak agar mempunyai kepribadian yang tinggi dalam menjalankan ibadahnya.
3.  Peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak juga amatlah besar. Bentuk penanaman ini di mulai oleh orang tua mulai sejak dini. Karena pada masa ini adalah momentum yang tepat untuk melatih anak supaya memiliki akhlak yang baik. Sehingga masyarakat Buduan selalu mendidik anak-anaknya agar berprilaku dan berbicara dengan baik, baik dilingkungan keluarga sendiri maupun luar lingkungan keluarga. Jika kebiasaan tersebut sudah terinternalisasi dalam jiwa anak mulai sejak dini, maka ketika ia besar kelak akan mempunyai jiwa yang terpuji.
B.     SARAN-SARAN
1.  Dengan adanya penelitian mengenai perananan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo, maka diharapkan ada penelitian kembali dalam masalah yang sama baik di desa ini maupun desa lain. Sebab hal tersebut secara tidak langsung dapat menggugah kesadaran masyarakat khususnya para orang tua terhadap pentingnya nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak.
2.  Peranan keluarga dalam menanmkan nila-nilai pendidikan agama pada anak di Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo perlu terus ditingkatkan, supaya anak menjadi generasi yang taat beragama. Dan orang tua selaku pendidik bagi anak-anaknya haruslah berlaku bijak, supaya keberhasilan pendidikan anak dapat tercapai dengan baik.
3.  Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa setiap informasi dan pergaulan bisa membawa dampak negatif terhadap pendidikan agama anak. Oleh karena itu orang tua harus selektif dalam memilih media yang sesuai dengan jiwa anak dan boleh dilakuakan oleh anak. Di samping itu pula orang tua harus betul- betul ketat dalam memberikan kontrol terhadap pergaulan anak.